Gambar

Gambar
sapi

Senin, 07 Mei 2012

Cara Pencegahan dan Pengobatan Penyakit - Agribisnis Ternak Ruminansia


Ternak perlu dijaga kesehatannya agar dapat berproduksi dengan baik. Prinsip mencegah penyakit lebih baik mengobati ternak sapi harus dipegang kuat oleh peternak. Kesehatan ternak harus terus dijaga. Untuk dapat menjaga kesehatan kita perlu memahami penyebab penyakit, cara pencegahan dan pengobatannya.
6.1. Penyebab Penyakit
Suatu penyakit dapat terjadi karena penyakit endogen, eksogen dan malnutrisi. Masing•masing dijelaskan sbb :
6.1.1. Faktor dari Dalam atau Disebut Inernal Origin (Endogen).
Penyakit yang disebabkan faktor dari dalam biasanya disebut penyakit intrinsik. Penyakit yang termasuk dalam kategori jenis ini misalnya gangguan metabolisme, gangguan hormonal, degenerasi alat tubuh karena usia lanjut (senilitas) dan neoplasma.
6.1.2. Faktor dari Luar atau Disebut External Origin (Eksogen)
Penyakit yang disebabkan oleh faktor luar ini dapat dibedakan lagi menjadi dua yaitu :
6.1.2.1. Penyebab Tidak Hidup
Penyakit yang disebabkan oleh agen yang tidak hidup , seperti trauma, panas, dingin, keracunan zat kimia dan defisiensi zat pakan. Penyakit yang disebabkan oleh faktor yang tidak hidup pada umumnya termasuk dalam golongan penyakit yang non infeksi.
6.1.2.1. Penyebab hidup
Agen hidup misalnya bakteri, virus, protozoa dan jamur/kapang. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh agen hidup dimasukkan dalam kelompok penyakit-penyakit infeksi. Suatu penyakit, pada umumnya disebabkan oleh suatu infeksi atau gangguan lainnya akibat dari adanya aktivitas suatu mikro organisme tertentu atau dapat juga adanya gangguan akibat dari racun atau kekurangan suatu bahan tertentu. Infeksi adalah suatu proses dimana mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan menyebabkan gangguan dari salah satu fungsi faal alat tubuh. Suatu infeksi biasanya diikuti dengan masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu sejak masuknya jasad renik ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala penyakit. Hal-hal yang dapat menyebabkan hewan menjadi sakit diantaranya :
•     pemberian jumlah makanan yang kurang
•     makanan yang kurang bermutu (kualitas nilai gizinya rendah)
•     kandang yang kurang memenuhi syarat kesehatan
•     kebersihan kandang yang kurang terjaga 
Faktor pendukung terjangkitnya penyakit dapat disebabkan karena perubahan kelembapan dan temperatur lingkungan yang semakin tinggi, perubahan musim (misalnya dari musim hujan kemusim kemarau atau sebaliknya) sehingga memberi kesempatan pada bibit penyakit untuk menyerang ternaknya. kebersihan kandang, penyakit yang diturunkan dari induknya dan kualitas ransum yang diberikan, juga termasuk pada faktor pendukung tersebut.
Pada dasarnya penyakit ternak dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Penyakit menular dan Penyakit tidak menular

6.2. Penyakit Menular

Penyakit menular merupakan penyakit yang cukup berbahaya dan sangat merugikan dengan alasan bahwa penyakit ini dapat menyerang baik pada ternak lain, sekelompok ternak dan bahkan dapat menjalar ke daerah lain apabila tidak dengan segera diambil tindakan pemberantasannya. Termasuk dalam jenis penyakit yang menular adalah penyakit•penyakit karena infeksi yaitu :
•     penyakit infeksi viral
•     penyakit infeksi bakterial
•     penyakit infeksi oleh protozoa
•     penyakit infeksi oleh parasit dalam (cacing); dan
•     penyakit infeksi oleh parasit
6.2.1. Penyakit  Infeksi Viral
Penyakit infeksi viral adalah suatu penyakit yang disebabkan adanya suatu infeksi dari salah satu jenis virus. Penyakit asal virus sering terjadi pada peternakan yang tatalaksana nya tidak baik. Penyakit asal virus pada umumnya tidak ada obatnya, tetapi kejadiannya dapat dicegah dengan mempertinggi daya tahan ternak. Virus ini sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Penyakit infeksi viral yang sering terjadi pada ternak ruminansia diantaranya penyakit mulut dan kuku, penyakit ingusan, penyakit jembrana, infeksi bovine dan penyakit lainnya.
6.2.2. Penyakit Infeksi Bakterial
Penyakit infeksi bakterial adalah jenis penyakit yang disebabkan adanya infeksi dari bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini sebenarnya mudah disembuhkan dengan antibiotika dan tidak akan berlanjut tetapi kadang-kadang akibat dari terkontaminasi dengan penyakit lain atau dengan penyakit virus akan menyebabkan semakin parah. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang umum terjadi pada ternak ruminansia, seperti penyakit radang paha, ngorok atau SE,
Salmonellosis, Tuberkulosis, Brucellosis, Antrax atau radang limpa dan lain-lain.
6.2.3. Penyakit Infeksi Protozoa
Penyakit yang termasuk dalam kelompok jenis infeksi protozoa adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari protozoa. Penyakit asal protozoa ini dapat terjadi karena kelemahan dalam pemeliharaan. Apabila pemeliharaan dilakukan dengan baik dan benar maka sebenarnya munculnya penyakit ini dapat dicegah.
Jenis  penyakit protozoa yang sering menyerang pada ternak ruminansia, diantaranya penyakit sura, piroplasmosis (babesiosis), anaplasmosis, berak darah (Coccidiosis), penyakit kelamin menular (Trichomoniasis)
6.2.4. Penyakit Infeksi Parasit Dalam (Cacing)
Penyakit parasit sebenarnya tidak menyebabkan kematian, baik itu oleh parasit dalam maupun parasit luar, tetapi penyakit yang disebabkan oleh parasit sangat merugikan ternak yang terserang. Penyakit ini akan menyita gizi yang diperoleh ternak tersebut dan akan menimbulkan kegelisahan. 
Contoh penyakit asal parasit dalam adalah cacing. Berbagai macam cacing dan berbagai macam tempat hidupnya ada di dalam tubuh ternak ruminansia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh cacing yang umum terjadi pada ruminansia, seperti penyakit penyakit cacing hati, cacing gelang dan cacing lambung.
6.2.5. Penyakit yang Disebabkan oleh Parasit Luar (Ektoparasit)
Ektoparasit adalah binatang yang hidupnya pada bagian luar tubuh ternak, baik untuk mencari makanan atau untuk tinggal menetap. Seperti juga halnya penyakit yang disebabkan oleh parasit dalam, penyakit oleh parasit luar sebenarnya dapat dengan mudah dicegah dan seharusnya tidak perlu terjadi. Pemeliharaan yang jorok, akan mudah terserang penyakit ini. Pada umumnya cara hidup parasit luar ini akan menimbulkan kerugian pada ternak yang ditumpanginya. Kerugian yang ditimbulkan oleh ektoparasit antara lain:
•     menimbulkan anemia karena ektoparasit mengisap darah ternak
•     ektoparasit berperan sebagai vektor yang dapat menularkan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh kuman dan parasit darah.
•     menimbulkan kegatalan, sehingga ternak menjadi tidak tenteram.
•     menimbulkan luka pada kulit dan
•     menurunkan produksi pada prestasi kerja.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit luar yang umum terjadi pada  ternak ruminansia, seperti penyakit scabies, kudis, Pediculosis dan surra.
6.3. Penyakit Tidak Menular
Berdasarkan penyebabnya, maka penyakit tidak menular dapat dibedakan menjadi :
•     penyakit yang tidak menular karena infeksi, sebagai contoh penyakit Foot Rot (pododermatitis necrotica), bronkhitis, pneumonia, endometritis, kalbasilosis.
•     penyakit yang tidak menular karena gangguan metabolisme, contohnya ketosis (acetonaemia), milk fever (Partuient paresis), kolik, indegesti, tetani rumput, gondok, icterus, anemia dan avitaminosis
•     penyakit tidak menular karena keracunan, contohnya keracunan HCN, ke racunan Pb (timah hitam), keracunan pestisida, batulisme dan keracunan arsen
•     penyakit tidak menular karena lain-lain, sebagai contoh displasia abomasum, prolapsus uteri dan sumbatan usus

6.4. Gangguan Penyakit
6.4.1. Gangguan Penyakit pada Sistim Pencernaan
Proses pencernaan makanan pada hewan meliputi proses pengambilan pakan, pencernaan yang berlangsung di mulut dan di lambung dan penyerapan serta pembuangan sisa-sisa yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
Pencernaan didalam mulut dilakukan dengan jalan pengunyahan, pemberian air liur dan penelanan. Sedangkan pada ternak ruminansia, proses pencernaan makanan bersifat lebih kompleks karena hewan-hewan tersebut masih harus melakukan proses ruminansi.
Gangguan patologik pada organ pencernaan yang sering terjadi pada ternak adalah penyakit pada rongga mulut seperti gigi aus, radang mulut, difteri pada pedet, radang lidah maupun radang kelenjar ludah. Jenis gangguan pada daerah tekak dan kerongkongan sebagai contoh radang tekak, sumbatan pada tekak, kelumpuhan tekak, sumbatan kerongkongan dan kejang kerongkongan.
Gangguan pada lambung pada ternak ruminansia adalah indigesti akut, indigesti vagus, parakeratosis rumen, lambung sarat dan sumbatan pilorus dll. Gangguan pada usus adalah penyakit radang usus dan sumbatan usus. Gangguan patologik pada hati seperti ikterus, busung air, radang hati akut pada kuda dan abses hati. Demikian juga bermacam•macam penyakit kolik pada ternak kuda.
6.4.2. Gangguan Penyakit pada Sistem Pernafasan
Pernafasan adalah proses pertukaran zat, metabolisme dari gas zat asam atau oksigen yang diambil dari udara oleh paru•paru yang setelah mengalami proses biokimiawi di dalam jaringan tubuh dibebaskan lagi ke alam bebas dalam bentuk gas karbon dioksida.
Jenis gangguan pada sistem pernafasan seperti gangguan pada saluran pernafasan atas, sebagai contoh mimisan, radang mukosa hidung, radang hidung atrofik pada babi, radang sinus maksilaris dan frontalis dan radang kantong hawa pada ternak kuda. Gangguan pada paru-paru seperti radang paru-paru kataralkuprosa-aspirasi atau radang paru-paru bernanah. Gangguan yang terjadi pada daerah toraks sebagai contoh radang pleura dan pneumotoraks.
6.4.3. Gangguan Penyakit pada Sistem Urine
Penyakit sistim urinaria pada ternak belum banyak ditemukan. Penyakit yang paling banyak dijumpai adalah menyangkut tubuh secara keseluruhan, baru kemudian diikuti oleh penyakit•penyakit pencernaan, pernafasan, kelamin, muskulo•skeletal dan kulit.
Penyakit sistim urinasia, kardio vaskuler, darah, limfoid dan syaraf adalah jarang dijumpai. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor dan salah satu alasan adalah ternak dipotong dalam umur yang masih muda.
6.4.4. Ganguan Penyakit Pada Kelenjar Susu
Kelenjar susu atau ambing merupakan kelenjar di bawah kulit. Pada umumnya pada ternak terletak di daerah selangkangan yaitu di daerah inguinal. Pada ternak babi terletak di daerah ventral dari daerah dada dan perut.
Gangguan penyakit pada kelenjar susu diantaranya radang ambing (mastitis). Radang ambing khusus yang disebabkan oleh infeksi kuman•kuman strepto kokus, staphylococus, kuman koliform, dan seterusnya. Demikian juga dapat disebabkan oleh gangguan lain seperti adanya puting tambahan, air susu tidak turun, busung ambing, akne puting, dll.
6.4.5. Gangguan Penyakit pada Kulit
Kulit terdiri atas dua lapis utama yaitu epitel sebelah luar (epidermis) dan lapisan jaringan ikat di bawahnya (korium atau dermis). Dibawah kulit terdapat tedapat jaringan longgar bawah kulit yang biasa disebut jaringan sub kutis atau hipodermis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan kulit yang mengalami kelainan patologik meliputi perubahan dalam warna kulit dan rambut, status pertumbuhan rambut, sifat-sifat fisik rambut, kualitas dan konsistensi kulit serta adanya perubahan yang berupa lesi primer, sekunder atau perubahan patologik lainnya. Gangguan-gangguan pada kulit diantaranya adalah gangguan pada epidermis dan dermis, gangguan pada sub kutis, dermatomikosis, radang kulit dan gangguan dari ektoparasit pada kulit.
Penyakit Epidermis dan Dermis :
  •  pityriasis (ketombe)
  •  parakeratosis
  •  hiperkeratosis
  •  impetigo
Gangguan Patologik Sub Kotis
  •  Oedema angioneurotik
  •  Urtikaria (biduren)
  •  Limfangitis
  •  Sela karang

Dermatomikosis
 Kadas
 Hifomikosis
 Radang Kulit
 dermatitis
 luka bakar
 Penyakit Ektoparasit Pada Kulit Kudis.
6.5. Mencegah Penyakit
Seperti telah diketahui bahwa pencegahan lebih baik dari pada mengobati. Hal ini berarti bahwa peternak harus sadar betul bahwa kontrol terhadap kondisi ternak adalah suatu keharusan. Peternak harus mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada ternak, Karena perubahan yang terjadi merupakan indikasi terjadinya penyimpangan dari normal.
6.5.1. Dasar-dasar Pencegahan Cara Pemberantasan Penyakit
Tujuan akhir dari suatu usaha dibidang peternakan adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal dari usaha tersebut. Keuntungan maksimal akan dicapai apabila semua ternaknya dalam keadaan sehat. Suatu ternak dikatakan sehat apabila dalam kondisi istirahat maka semua proses fisiologis tubuh dalam keadaan normal dan sebaliknya apabila proses fisiologisnya tidak normal berarti ternak tersebut sakit.
Ada dua faktor gangguan yang menyebabkan ternak sakit, yaitu faktor gangguan dari dalam tubuhnya sendiri dan faktor gangguan dari luar tubuhnya. Untuk dapat melindungi gangguan yang berasal dari luar tubuh, tubuh memiliki kemampuan untuk menolak penyebab gangguan tersebut. Kemampuan individu untuk
menolak sebab penyakit, sangat
• mengetahui dan ikut tergantung dari membantu melaksanakan
•  kehidupan pada masa embrional
•  kehidupan setalah di lahirkan atau neonatal
•  adanya zat penolak yang dibekalkan oleh induknya
•  keadaan lingkungan dimana individu tumbuh
•  tersedianya makanan secara kualitatif dan kuantitatif
•  adanya agen noksius disekitar individu yang bersangkutan
•  adanya faktor stress
•  sifat faktor bawaan yang diturunkan
Mempertahankan agar ternak yang kita pelihara sehat dan dapat menguntungkan, adalah harapan bagi peternak. Apabila ternak yang kita pelihara sakit maka harapan diatas akan sulit didapat. Ini sebabnya maka program pencegahan dan pemberantasan penyakit perlu diperhatikan terutama yang menyangkut bibit, pakan dan pengelolaannya.
6.5.2. Program Pencegahan Penyakit
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular pada ternak diantaranya:
•  mengetahui tanda-tanda atau gejala-gejala penyakit yang menular
•  mengerti tentang cara menularnya masing-masing jenis penyakit
tindakan guna mencegah menjalarnya penyakit menular.
•     Membakar atau mengubur bangkai hewan yang mati karena penyakit menular
Disamping tindakan-tindakan di atas, masih ada beberapa kegiatan dalam rangka pencegahan penyakit ternak yang harus diperhatikan, seperti :
6.5.3.     Pencegahan Melalui Bibit
Pencegahan penyakit melalui bibit ternak dapat dilakukan dengan pemilihan bibit yang terbebas dari penyakit menular. Langkah-langkah yang dapat dilakukan :
•  hanya membeli bibit ternak dari agen yang benar-benar dapat dipercaya kesehatannya.
•  menempatkan bibit ternak yang masih muda terpisah dari ternak yang sudah tua (besar) karena bibit ternak yang masih muda sangat peka terhadap penyakit yang ditularkan oleh ternak dewasa.

6.5.4. Pencegahan Melalui Makanan yang Memadai
Pencegahan penyakit juga dapat dilakukan dengan pemberian ransum atau pakan yang berkualitas tinggi dan cukup jumlahnya. Pemberian pakan yang bermutu tinggi harus diberikan sejak ternak baru lahir sampai dengan saat panen. Pemberian pakan yang baik akan mampu memberikan daya tahan tubuh yang baik pula. Apabila pakan yang diberikan kurang baik serta kurang jumlahnya maka ternak yang dipelihara akan mengalami kekurangan gizi dan ternak tidak akan tumbuh secara maksimal. Hal ini berakibat ternak tersebut tidak dapat berproduksi (secara optimal).
6.5.5. Pencegahan Melalui Tatalaksana Pengelolaan yang Baik
Pencegahan penyakit melalui kontrol manajemen merupakan upaya pencegahan ternak dari stress/cekaman yang dapat mengakibatkan penurunan kesehatan ternak. Beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam program pencegahan penyakit adalah :
•  pilih bibit dengan teliti yang terjamin kesehatannya. Oleh sebab itu seorang peternak harus mengenal ciri-ciri dari ternak yang sehat.
•  usahakan membeli bibit dari peternak atau pembibit yang benar-benar memprioritaskan kualitas bibit sehingga diharapkan dapat diperoleh bibit ternak sesuai dengan keinginan kita.
•  hindarkan ternak dari stress panas, hujan deras, dingin, angin kencang dll
•  kandang tidak terisi terlalu padat, hal ini dapat menimbulkan stress dan akibatnya akan menimbulkan sifat kanibalisme, hysteria dan gangguan lainnya.
•  pakan dan air minum harus tersedia dalam jumlah cukup, sesuai dengan kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya
•  sediakan tempat pakan dan air minum sesuai dengan kebutuhan.

6.5.6.  Pencegahan Melalui Sanitasi Kandang dan Lingkungan  (Bio-Security).
Sanitasi adalah tindakan menjaga kebersihan ternak dan lingkungan sekitarnya, yaitu berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan pemeliharaan kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan kandang.
langkah-langkah pencegahan penyakit yaitu: tindakan sanitasi dan bio-security secara teratur dan berkala. Tindakan sanitasi dan bio-security mutlak dilakukan dalam pemeliharaan ternak. Dengan adanya sanitasi dan biosecurity maka bibit penyakit yang berasal dari lingkungan kandang maupun di dalam kandang dapat dimatikan. Kegiatan sanitasi kandang dan bio-security adalah
•     melakukan kegiatan pencucian dan penyemprotan kandang dan peralatannya dengan air sabun (detergen) dan antiseptik secara teratur.
•     mengubur atau membakar ternak terutama pada penyakit yang menular dan berbahaya seperti penyakit Anthrax.
Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam bio-sekurity adalah
Desinfestasi
Desinfestasi adalah merupakan proses pemusnahan hama penyakit untuk membunuh parasit, terutama parasit-parsit diluar tubuh ternak (ektoparasit). Bahan kimia yang digunakan untuk desinfestasi disebut desinfestan.  Bahan yang umum digunakan adalah formalin. Desinfestan disemprotkan pada kandang dan perlengkapannya setelah diencerkan dengan air. Pengenceran yang dilakukan tergantung tingkat kepekatan yang dikehendaki oleh peternak.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah merupakan proses pemusnahan hama dengan membebaskan segala bentuk jasad renik dengan jalan membunuh kuman (bakterisida) dan atau menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik) dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan disebut desinfektan, seperti kreolin, lisol dsb. Desinfestan dan desinfektan yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
•  Tidak berbahaya bagi ternak maupun manusia
•  Mempunyai daya bunuh yang tinggi terhadap bakteri, protozoa dan mikroba lain serta telurnya.
•  Efek residunya pendek daya penetrasinya tinggi
•  Stabil bila dilarutkan atau kontak dengan bahan organic lain
•  Tidak merusak alat yang digunakan dan mudah digunakan
•  Tidak mengeluarkan bau atau sedikit berbau dan tidak terserap bahan pakan
•  Tidak mencemari lingkungan baik udara maupun air.

6.5.7. Pencegahan Penyakit melalui Vaksinasi
•  vaksin inaktif atau vaksin mati yaitu vaksin yang dibuat dengan membunuh biakan jasad renik seluruhnya atau toksinnya saja dan hasil panenan jasad renik kemudian diproses untuk dijadikan vaksin adjuvan.
•  vaksin hidup atau vaksin aktif yaitu vaksin yang dibuat tanpa membunuh. Bibit penyakit tersebut harus terdiri dari jasad renik yang tidak jahat (avirulen) atau disebut “ attanuated strain”.

Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja dimasuki agen penyakit (antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan merangsang pembentukan daya tahan atau daya kebal terhadap penyakit tertentu, dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit.
Tujuan vaksinasi tidak hanya mengebalkan ternak yang bersangkutan, tetapi juga mengebalkan anak-anaknya yang baru lahir secara pasif. Vaksinasi selain bertujuan untuk pencegahan, dapat juga digunakan untuk tujuan pengobatan atau terapi.
Vaksinasi akan merangsang mekanisme pertahanan tubuh untuk menghasilkan antibodi sampai suatu ketika dapat digunakan melawan serangan penyakit. Untuk kepentingan keselamatan terhadap resiko timbulnya penyakit, dapat menggunakan virus yang telah dimatikan.
Tindakan vaksinasi merupakan salah satu usaha agar hewan yang divaksinasi memiliki daya kebal sehingga terlindung dari serangan penyakit. Kebal atau imun adalah suatu keadaan dimana tubuh tahan atau kebal terhadap serangan penyakit. Ada dua macam kekebalan dilihat dari cara terbentuknya yaitu :
•     kekebalan aktif yaitu kekebalan yang diperoleh secara aktif oleh tubuh yang dihasilkan oleh pabrik antibodi akibat rangsangan vaksin dan masa kekebalan berlangsung lama sesuai dengan jenis vaksinnya. Kekebalan aktif di golongkan menjadi kekebalan buatan yang diperoleh akibat dari vaksinasi dan kekebalan aktif alamiah yang di peroleh akibat sembuh dari penyakit menular tertentu.
•     kekebalan pasif adalah suatu kekebalan yang di peroleh secara pasif dimana tubuh ternak yang disuntik tidak mem bentuk antibodi sendiri, tetapi telah terkandung dalam antisera atau anti toksin dan kolostrumnya. Kekebalan pasif di golongkan juga menjadi kekebalan pasif buatan yaitu yang diperoleh dari suntikan antisera atau anti toksin dan kekebalan pasif alamiah diperoleh dari susu kolostrum induk yang telah divaksinasi.
Kekebalan individu ternak sangat ditentukan oleh faktor•faktor :
Jenis dan Mutu Vaksin
Telah diterangkan di atas bahwa ada dua macam vaksin yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup akan menimbulkan kekebalan yang lebih sempurna dari pada vaksin mati. Mutu suatu jenis vaksin akan dipengaruhi oleh :
•  bibit jasad renik yang dipergunakan
•  jenis media pem biakan
•  metode pengem bangbiakan
•  masa antige
•  cara inaktifikasi dan adjuvan

Penanganan Vaksin
Setiap vaksin akan mengalami proses penurunan kekuatan atau mempunyai waktu kedaluwarsa dan mempunyai persyaratan tertentu seperti :
•  vaksin virus sebaiknya disimpan dalam suhu -80 C
•  vaksin bacteri dan toksoid disimpan dalam ruangan yang sejuk (+ 150 C) atau lebih baik dalam refrigator (2•100 C), sebaiknya di lindungi terhadap pengaruh langsung sinar matahari dan sebaiknya disimpan dalam tempat yang gelap.
Keadaan Ternak
Ternak yang sakit defisiensi dan ternak yang mengidap penyakit parasit yang parah bila divaksinasi tidak akan memperoleh kekebalan yang sempurna dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Vaksinasi yang diberikan pada ternak yang sedang dalam masa inkubasi penyakit, maka bukannya kekebalan yang akan diperoleh tetapi ternak akan menjadi lebih sakit, bahkan dapat menimbulkan kematian.
Tingkat Serangan Penyakit
Tingkat serangan penyakit pada kejadian wabah penyakit sangat dipengaruhi oleh keganasan dari jasad renik penyebab penyakit dan dosis jasad renik yang masuk dalam tubuh.
Vaksin dapat diberikan dengan cara melalui air minum, makanan, melalui alat pernafasan yaitu dengan cara penyemprotan atau dengan cara diteteskan kedalam rongga hidung. Selain cara-cara di atas, vaksinasi dapat juga dilakukan dengan melalui penyuntikan baik secara intra kutan, intra sub kutan maupun intra muskuler ataupun melalui intra peritoneal (kedalam rongga perut). Cara yang harus dipilih, tergantung dari petunjuk dari pembuatan vaksin yang telah dicantumkan dalam etiket/label.
Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat vaksinasi seperti :
•  sepsis yaitu kesalahan teknis yang bisa memungkinkan timbulnya infeksi dengan mikroba dari luar yang patogen
•  abses yaitu borok akibat dari kesalahan vaksinasi
•  udema yaitu pembengkakan lokal akibat dari pengaruh komponen vaksin
•  concurrent disease. Akan terjadi pada ternak yang sedang sakit atau jelek kondisinya.
•  Reaksi anafilaktik. Akibat sampingan dari vaksinasi bisa menyebabkan shock.

6.5.8. Lingkungan yang Bersih
Jika ternak akan ditempatkan pada kandang yang pernah digunakan maka perlu dilakukan:
•  pembersihan dan sterilkan kandang dan peralatan kandang serta pengistirahatkan kandang 
•  pembersihan lingkungan kandang termasuk rumput liar harus dipotong, serta air yang menggenang di sekitar kandang harus dihilangkan.

6.5.9. Menghindarkan Stres
Stres adalah tekanan jiwa yang menimpa ternak akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Pengaruh lingkungan itu berupa:
•  suhu udara yang tidak stabil (terlalu panas/ terlalu dingin).
•  kepadatan ternak yang terlampau tinggi.
•  kelembaban didalam kandang yang meningkat.
•  akibat bunyi-bunyian keras yang mengagetkan.
•  pindah kandang.

Hal-hal tersebut diatas dengan demikian sedapat mungkin menghindarkan stress. Stres dapat mengganggu pertumbuhan ternak karena dengan stres hidup ternak jadi tidak nyaman, nafsu makan terganggu, metabolisme makanan akan terganggu sehingga hasil akhir yang diharapkan tidak tercapai.
6.5.10.  Isolasi Ternak
Isolasi terhadap ternak adalah suatu usaha untuk mengisolasi atau memisahkan ternak yang sedang sakit atau mengalami kelainan dari ternak yang sehat dan normal. Ternak yang sakit dipisahkan dan dikandangkan dalam suatu kandang khusus yang disebut kandang karantina.
6.5.11.  Program Kontrol Parasit
Program kontrol parasit merupakan upaya pencegahan berjangkitnya serangan penyakit, baik parasit eksternal seperti pencegahan berkembangnya serangga dan kutu di dalam kandang dan sekitarnya maupun parasit internal yang bertujuan mencegah masuknya parasit ke dalam tubuh misalnya cacing. Secara praktis, kontrol parasit dilakukan dengan cara :
•  pembuangan kotoran secara teratur untuk mencegah berkembang biaknya larva.
•  pemberian larvicida dalam pakan untuk mencegah perkembang biakan larva dalam kotoran
•  penyemprotan kotoran dan ruangan kandang dengan pestisida dan insektisida.

6.6. Pengobatan Penyakit
Pengobatan berasal dari kata obat yang berarti suatu sediaan yang diberikan untuk tujuan penyembuhan serangan suatu penyakit dengan jalan membunuh jasad renik/kuman penyakit penyebab penyakit tersebut atau dengan memperbaiki kerja alat tubuh.
Obat dapat membahayakan ternak sehingga penggunaan obat harus sesuai dosis dan sesuai petunjuk. Pemberian obat dapat dilakukan denagn berbagai cara yaitu ;
6.6.1. Pencekokan (drenching)
Pengobatan dengan cara ini dilakukan dengan mempergunakan alat pencekok (drenching gun). Ternak yang akan diobati sebaiknya dimasukkan dalam kandang jepit supaya mudah menanganinya. Kepala agak diangkat sehingga obat akan mudah masuk ke dalam tenggorokan. Alat pencekok tertera pada gambar 28
6.6.2. Pil atau bolus
Ternak ditempatkan seperti pada pencekokan atau dapat dipegang. Setelah mulut (oral) dibuka, pil/bolus dimasukan ke dalam mulut (oral) bagian belakang. Mulut untuk beberapa saat tetap dipegang agar tidak membuka.
6.6.3. Suntikan (injeksi)
Menyuntik adalah kegiatan memasukkan obat yang berbentuk cairan (dengan tekanan) ke dalam jaringan tubuh, rongga tubuh, organ tubuh yang berongga dengan menggunakan alat suntik.
Jenis-jenis alat suntik.
Alat untuk menyuntik disebut alat suntik atau secara umum disebut ” Syringe/Spuit” adalah suatu
alat yang biasanya dilengkapi dengan jarum yang berfungsi untuk memasukkan obat melalui pembuluh darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Ada beberapa jenis alat suntik, diantaranya:
Alat suntik rekord (Record syringe). Jenis alat suntik ini merupakan alat suntik yang sederhana, yang
tertera pada gambar 29. Alat suntik rekord, terdiri atas :

•  Tabung suntik
-    terbuat dr gelas, plastik/ nylon atau metal
-ukuran : 1,2,5,10,20,sampai 50 ml
•   Penghisap dan tangkainya
-    terbuat dari gelas, plastik/ nylon atau metal
•  jarum suntik
Alat suntik semi otomatis
Alat suntik jenis ini bentuknya sama dengan alat suntik record tetapi dilengkapi dengan komponen untuk mengatur dosis yang terdapat pada tangkai penghisapnya. Pada tangkai penghisap terdapat skala dosis dan sekrup pengatur dosis. Setiap suntikan cukup dengan memutar sekrup pengatur dosis, maka akan diperoleh dosis tertentu. Alat suntik semi otomatis tertera pada gambar
30.
Alat suntik multi-dosis (Multidose-Syringe)
Alat suntik ini baik sekali untuk melakukan suntikan masal. Ukuran besarnya : 30,50 ml. Obat suntik yg disedot dapat untuk beberapa dosis, dilengkapi dengan alat pengatur dosis
Alat suntik otomatis (auto matic syringe)
Alat suntik ini sama dengan alat suntik multi dosis, hanya  alat suntik ini dapat mengisi  sendiri (self filling) obat yang akan disuntikkan. Alat suntik ini hanya tidak cocok digunakan untuk ternak-ternak besar. Alat suntik otomatis tertera pada gambar
31.
Alat suntik “ Rautmann”
Alat suntik ini juga termasuk dalam alat suntik multi dosis. dosis sudah ditetapkan yakni 0,1 ml. Canullanya berukuran pendek sekali dan lubangnya bukan pada ujungnya melainkan pada bagian sisinya. Alat suntik routmann biasa digunakan untuk tuberkulinasi. Alat suntik Rautmann tertera pada gambar 32.
6.6.4. Metode menyuntik
Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam mencegah dan mengobati suatu penyakit melalui pemberian obat. Obat dapat diberikan kepada penderita dengan melalui berbagai cara seperti melalui penyuntikan, pemberiobat melalui mulut atau enternal dan pemberian obat melalui parenteral. Penggunaan metode tergantung pada cepat atau lambatnya hasil yang dikehendaki, lama kerja dalam tubuh, bentuk atau macam obat, sifat fisis atau kimiawi obat dan derajat absorbsi terhadap obat.  Salah satu yang sering dipakai adalah pengobatan dengan menggunakan suatu obat tertentu dengan metode lewat alat suntik. keberhasilan menyuntik ditentukan oleh :
•  cara penyuntikan
•  hewan yang disuntik
•  alat dan obat yang digunakan.

Ada beberapa macam dalam metode menyuntik yaitu :
Suntikan subcutan
Penyuntikan subcutan dilakukan untuk mendeposisikan onbat dibawah kulit. Jarum yang digunakan adalah jarum suntik ukuran kecil. Sebelum penyuntikan, lokasi tempat penyuntikan diolesi alcohol 70 % agar steril.
Suntikan intramuskular
Penyuntikan intramuskuler dilakukan dengan cara mendeposisikan obat didalam jaringan daging. Penyuntikan metode ini mempunyai tujuan agar obat lebih cepat terserap. Lokasi penyuntikan harus disterilkan dulu dengan alcohol 70 %. Setelah jarum ditusukan, kemudian amati terlebih dahulu apakah jarum masuk ke dalam pembuluh darah atau tidak. Apabila keluar darah dari lubang jarum berarti jarum masuk pembuluh darah, maka jarum harus dipindah ke lokasi lain sampai tidak berdarah.
Suntikan intravena
Penyuntikan intravena adalah penyuntikan yang berbahaya sehingga pelaksanaannya harus hati-hati dan terus-menerus memperhatikan denyut jantungnya. Lokasi penyuntikan biasanya di vena jugularis yang terletak didaerah pangkal leher.
6.6.5. Pengobatan Terhadap Suatu Gangguan
Sakit adalah suatu keadan dimana tubuh, bagian tubuh atau organ tubuh mengalami gangguan fungsi. Gangguan ini bisa bersifat fisiologis ataupun mekanis. Gangguan yang bersifat mekanis misalnya terjadi karena pukulan atau perlukaan. Sedangkan gangguan yang bersifat fisiologis misalnya karena kelainan hormonal. Pengobatan terhadap gangguan•gangguan tersebut dapat dilakukan dengan tindakan untuk menghilangkan keadaan tidak normal tersebut. Ada berbagai pengobatan yang dapat dilakukan  terhadap baik gangguan fisiologis maupun gangguan mekanis, beberapa diantaranya :
6.6.6.     Pengobatan Simptomatis
Pengobatan ini merupakan pengobatan yang digunakan untuk menghilangkan gejala penyakit. Pada pengobatan ini, gejala-gejala penyakit yang ada akan hilang tetapi penyebab penyakit mungkin masih ada. Sebagai contoh pada penyakit gatal hanya gejala gatalnya yang dihilangkan, bukan penyebab gatalnya sendiri.
6.6.7. Pengobatan Causalis
Pengobatan cusal adalah pengobatan yang dilakukan untuk menghilangkan penyebab munculnya gejala penyakit. Pada contoh diatas penyakit gatal dianalisis terlebih dahulu penyebab gatalnya, baru diobati. Misalnya karena jamur, maka diobati dengan anti jamur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar