- MENGETAHUI STANDAR PRODUKSI UNTUK EFISIENSI PETERNAKAN AYAM PETELUR/ LAYER
- STANDAR PRODUKSI AYAM LAYER STRAIN ISA BROWN
- MODEL KANDANG AYAM PETELUR (AYAM LAYER)
- PERTUMBUHAN BERAT BADAN YANG OPTIMAL PADA AYAM PETELUR/ LAYER
- PERSYARATAN IDEAL PEMILIHAN LOKASI KANDANG AYAM PETELUR/ LAYER DAN BROILER
- CARA HITUNG KEUNTUNGAN PETERNAKAN BROILER
- Hubungan Pencapaian Berat Badan Pada Masa Pullet Dengan Periode Produksi Telur
- ANTIBIOTIK PAKAN TERNAK UNTUK MENIGKATKAN PRODUKSI (DAGING DAN TELUR)
- STANDAR BERAT BADAN, KONSUMSI PAKAN DAN FCR AYAM BROILER
- AIR MINUM YANG SEHAT UNTUK AYAM
- KREASI ALAT PENYEDIA AIR SEHAT BAGI AYAM BROILER DAN LAYER
- TATA LAKSANA PEMELIHARAAN ITIK PETELUR
- TIPS SUKSES BETERNAK AYAM BROILER/ AYAM PEDAGING
- DIAGNOSA KOLIBASILOSIS PADA AYAM LAYER
- CARA MENGETAHUI KELINCI HAMIL
Gambar

sapi
Kamis, 20 September 2012
artikel lain
ARTIKEL TERKAIT:
PERANAN TERNAK SEBAGAI SUMBER PANGAN HEWANI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar
se-Asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju
pertumbuhan rata-rata 1,5% per tahun merupakan negara yang mempunyai beraneka
ragam kekayaan alam. Kekayaan alam tersebut bukan hanya terdapat pada sektor
kekayaan alam migas seperti minyak bumi dan bahan tambang saja, namun juga
kekayaan alam non-migas seperti tersedianya lahan pertanian yang cukup luas.
Namun semua itu ternyata belum cukup untuk memberikan solusi atas permasalahan
yang ada, permasalahan seperti kurang memadainya kebutuhan pangan, jika
kekayaan tersebut tidak diberdayakan secara optimal dan dilandaskan oleh aturan
dan kebijakan yang mendukung didalamnya.
Salah satu permasalahan yang paling crusial adalah pemenuhan kebutuhan pangan, terutama kebutuhan protein hewani. Pemenuhan kebutuhan pangan ini sangat erat hubungannya dengan sektor pertanian dalam arti yang luas, sehingga tidak heran jika pertanian menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu sektor dari pertanian tersebut adalah sub sektor peternakan.
Salah satu permasalahan yang paling crusial adalah pemenuhan kebutuhan pangan, terutama kebutuhan protein hewani. Pemenuhan kebutuhan pangan ini sangat erat hubungannya dengan sektor pertanian dalam arti yang luas, sehingga tidak heran jika pertanian menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu sektor dari pertanian tersebut adalah sub sektor peternakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tantangan Sektor Peternakan di Era
Globalisasi
Era
globalisasi perdagangan yang merupakan pemberlakuannya perdagangan bebas antar
negara menjadi tantangan baru dalam pembangunan peternakan, disamping sederetan
persoalan peternakan yang melanda negara ini. Dalam globalisasi perdagangan,
produksi peternakan dalam negeri harus mampu bersaing dengan produksi
peternakan dari berbagai negara. Sehingga dapat dibayangkan betapa ketatnya
persaingan antar produksi dalam mencari pangsa pasar (market segmention).
Bahkan anekdot siapa yang kuat pasti dapat; seperti halnya hukum rimba,
merupakan keniscayaan yang suka atau tidak suka akan dihadapi oleh pelaku
industri peternakan bangsa ini.
Persaingan
mendapatkan bahan baku produksi dan lahan peternakan juga merupakan
permasalahan yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pelaku
peternakan dalam memajukan peternakan nasional di era globalisasi perdagangan.
Belum lagi masalah penyakit ternak atau hewan menular lainnya.
B. Peran Sektor Peternakan
Hampir
diseluruh daerah di Indonesia kita temukan peternakan, baik peternakan yang
berskala kecil maupun peternakan yang berskala besar. Bahkan menurut menteri
pertanian (Mentan) Anton Apriyantono sub sektor peternakan telah menjadi salah
satu sumber pertumbuhan yang tinggi disektor pertanian. Sejak tahun 2003 sub
sektor ini telah mampu bangkit dari terpaan krisis tahun 1998-1999. level
produksi seluruh komoditas peternakan sudah melampaui level tertinggi periode
sebelum krisis. Kemampuan peternakan untuk eksis dalam menghadapi badai
krisis ekonomi ini dapat pula dilihat pada tahun 2000-2003, laju peningkatan
produksi ayam broiler dan petelur berturut-turut mencapai 23,4 dan 10,27 persen
pertahun, padahal saat krisis ekonomi pernah mengalami penurunan yang sangat
tajam, yaitu masing-masing 28,23 dan 8,92 persen per tahun. Bahkan peternakan
mampu membuka lapangan pekerjaan kepada 2,54 juta masyarakat Indonesia yang
bekerja disektor ini, yang tersebar baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Sehingga sektor ini diharapkan dapat menekan angka kemiskinan yang menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada medio
tahun 2006 saja mencapai 3,95 juta orang.
B. Permasalahan Penyediaan Pangan di Indonesia
1.
Konsumsi Hasil Ternak Masyarakat
Indonesia Tingkat konsumsi hasil ternak bagi masyarakat Indonesia, dinilai
masih jauh dibawah kecukupan gizi yang dianjurkan. Berdasarkan analisis dari
Pola Pangan Harapan (PPH), tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan protein
asal ternak baru mencapai 5,1 g/kap/hr yang setara dengan konsumsi susu 7,5
kg/kap/th, daging 7,7 kg/kap/th, dan telur 4,7 kg/kap/th (Dirjen Bina Produksi
Peternakan, 2004). Tingkat konsumsi protein hasil ternak tersebut terhitung
kecil dibanding jumlah konsumsi protein (total nabati dan hewani) yang
ianjurkan sebesar 46,2 g/kap/hr (Tranggono, 2004). Sebagai pembanding, konsumsi
susu di Amerika, Jepang dan beberapa negara Eropa sudah lebih dari 80
kg/kap/th. Konsumsi susu beberapa Rendahnya Konsumsi Pidato Pengukuhan Guru
Besar Universitas Diponegoro 7 negara ASEAN juga relatif tinggi, yaitu
Philippina 18,8 kg/kap/th, Malaysia 22,5 kg/kap/th, Thailand 28,0 kg/kap/th dan
Singapura 32 kg/kap/th (Haryono, 2007).
2.
Kondisi Peternakan dan Industri
Pengolahan Peternakan di Indonesia hingga saat ini didominasi peternakan rakyat
berskala kecil dan belum maju. Lebih khusus lagi kondisi industri pengolahan
pangan dan hasil ternak dominan berskala kecil. Pada tahun 2000 terdapat
sekitar 916.182 industri makanan dan minuman di Indonesia, 5.612 (0,61%)
industri skala besar dan menengah, 82.430 9,11%) industri skala kecil,
dan 828.140 (90,28%) industri rumah tangga (Darmawan, 2001).
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan keseluruhan uraian tersebut diatas, akhirnya
dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai kesimpulan berikut ini. Pertama,
pengadaan produk olahan hasil ternak untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein
heani masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada masalah skala peternakan,
salah persepsi, dan ketatnya kompetisi global. Kedua, peluang dan ketatnya
persaingan dalam globalisasi pangan perlu dihadapi dengan pengembangan
produk olahan hasil ternak yang inovatif dan kompetitif, yang sekaligus untuk
menangkal keterjebakan pangan. Ketiga, peningkatan mutu dan keamanan produk
olahan hasil ternak harus terus diupayakan. Pelanggaran terhadap mutu dan
keamanan pangan identik dengan kejahatan dan harus
diberi sangsi hukum yang tegas.
artikel-artikel
Klik saja judul artikel yang ingin Anda lihat, maka Anda akan diantarkan ke bagian teratas dari tulisan tersebut.
1. Budidaya Ayam Ras Pedaging – [PEMD, Bappenas]
2. Budidaya Ayam Petelur – [PEMD, Bappenas]
3. Budidaya Bekicot – [PEMD, Bappenas]
4. Budidaya Burung Puyuh – [PEMD, Bappenas]
5. Budidaya Burung Walet – [PEMD, Bappenas]
6. Budidaya Cacing Tanah – [PEMD, Bappenas]
7. Budidaya Domba – [PEMD, Bappenas]
8. Budidaya Itik – [PEMD, Bappenas]
9. Budidaya Jangkrik – [PEMD, Bappenas]
10. Budidaya Kelinci – [PEMD, Bappenas]
11. Budidaya Kodok – [PEMD, Bappenas]
12. Budidaya Lebah – [PEMD, Bappenas]
13. Budidaya Sapi Perah – [PEMD, Bappenas]
14. Budidaya Sapi Potong – [PEMD, Bappenas]
15. Budidaya Ternak Domba – [Deptan]
16. Budidaya Ternak Kambing – [Deptan]
17. Intensifikasi Ternak Ayam Buras – [Dinas Peternakan, DKI Jakarta]
Langganan:
Postingan (Atom)